Minimnya data kredit debitur seringkali berujung pada ditolaknya pengajuan kredit. Padahal, ada potensi bisnis dan perluasan pangsa pasar dari segmen underbanked dan underserved yang belum sepenuhnya tergarap. Di sisi lain, masyarakat dengan informasi perkreditan yang minim atau bahkan tidak ada sama sekali menemui kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan baik untuk pengembangan usaha atau kebutuhan lainnya.

Lembaga keuangan seperti bank, perusahaan pembiayaan ataupun fintech peer to peer lending yang kerap kesulitan dalam menyalurkan kredit akibat minimnya informasi profil dan kredit historis calon debitur, saat ini telah dapat memanfaatkan alternative scoring yang dikembangkan dari data non kredit guna mendukung pengambilan keputusan kredit.

Apabila credit scoring dibangun dari data perkreditan seperti riwayat kredit, riwayat pembayaran, nilai fasilitas dan data lainnya, maka alternative scoring dibangun dari data non kredit. Data dan profil calon debitur yang selama ini tidak ter-captured dalam database sistem informasi keuangan nasional, ada kemungkinan bisa diperoleh melalui data non kredit. 

Data altenatif yang seringkali digunakan dalam pembuatan alternative scoring antara lain: data telekomunikasi seperti data selular; data utilitas seperti tv kabel, listrik atau air minum dan data e-commerce.

Penggunaan alternative scoring akan mempermudah lembaga keuangan dalam memahami profil calon debitur guna pengambilan keputusan kredit sekaligus mendukung terwujudnya program inklusi keuangan nasional. Skor ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pelengkap credit score yang sudah ada sehingga gambaran profil calon debitur menjadi lebih lengkap dan akurat.

PEFINDO Biro Kredit saat ini telah memiliki layanan IdAlternativeScore yang dibangun dari data non kredit yang bersumber dari BPJS Ketenagakerjaan, Direktorat Jenderal Pajak, dan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia. Produk ini juga ditujukan untuk mendukung program inklusi keuangan nasional.